Penyakit diabetes merupakan masalah kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh di Indonesia. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit ini sangat signifikan bagi masyarakat. Menurut data Kementerian toto macau Kesehatan tahun 2020, prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 10,7 persen dari total penduduk, atau sekitar 27,9 juta orang.
Dampak sosial dari penyakit diabetes juga tidak bisa diabaikan. Pasien diabetes sering mengalami stigma dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat masih kurang edukasi mengenai penyakit ini, sehingga seringkali terjadi persepsi negatif terhadap penderita diabetes. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, Sp.PD-KEMD, MMB, FINASIM, FACP, Ketua PB Perkeni, mengatakan bahwa “stigma terhadap penderita diabetes masih sangat tinggi di masyarakat, hal ini dapat berdampak negatif pada kualitas hidup mereka.”
Selain dampak sosial, penyakit diabetes juga memberikan dampak ekonomi yang besar bagi individu maupun negara. Biaya pengobatan diabetes yang tinggi seringkali menjadi beban finansial bagi penderita dan keluarganya. Menurut Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, FINASIM, “biaya pengobatan diabetes yang tinggi dapat membuat penderita enggan untuk melakukan pengobatan secara konsisten, padahal hal ini sangat penting dalam pengendalian penyakit.”
Pemerintah pun harus turut ambil bagian dalam mengatasi dampak sosial dan ekonomi dari penyakit diabetes. Program-program edukasi dan pencegahan penyakit diabetes perlu ditingkatkan, serta akses layanan kesehatan yang terjangkau harus menjadi prioritas. “Kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat untuk mencegah diabetes,” ungkap dr. Adib Khumaidi, Ketua Umum Persagi.
Dengan kesadaran dan kerjasama yang baik dari semua pihak, diharapkan dampak sosial dan ekonomi dari penyakit diabetes di Indonesia bisa diminimalkan. Kesehatan adalah investasi, bukan biaya. Semua orang berhak untuk hidup sehat dan bugar.